Kamis, 24 Mei 2012

Kristus Sang Penyelamat Tunggal: Sebuah Refleksi Atas Teologi Tentang Agama-agama (Oleh: Erick M. Sila)

Setelah mempelajari teologi tentang agama-agama, saya lebih memahami bagaimana konsep tentang Allah dalam agama-agama dan bagaimana agama Kristen berhadapan dengan mereka perihal paham tentang keyakinan akan Allah yang satu dan yang sama. Sebagai agama wahyu, agama yang benar, (Kristus sebagai penyelamat tunggal bagi seluruh umat manusia), agama Kristen harus mengambil sikap yang nertal. Gereja Katolik harus membebaskan diri dari sikap egoisme dengan terbuka terhadap agama lain demi membangun sebuah dialog. Sikap tebuka bukan berarti agama Kristen harus melebur dan membentuk satu agama besar, melainkan mepertanggungjawabkan iman Kristen, bahwa Yesus Kristus adalah penyelamat Tunggal. Mewartakan Yesus Kristus yang menderita, wafat dan bangkit. Dengan demikian, Gereja mengambil sikap menerima setiap perbedaan yang dimiliki setiap agama, akan tetapi agama lain diakui belum sempurna. Oleh karena itu, yang belum sempurna itu harus disempurnakan dalam dan melaui Yesus Kristus. Melaui sebuah refleksi yang mendalam, saya menemukan kekuatan dan pengakuan luar biasa, bahwa Yesus Kristus sungguh Allah dan sungguh manusia. Yesus Kristus adalah Sang Penyelamat. Ketika merenungkan hingga titik ini, saya secara pribadi menemukan kebenaran-kebenaran yang tidak dapat saya pungkiri. Kiranya kebenaran-kebenaran ini juga merupakan pengalaman semua orang. Kebenaran yang saya maksudkan di sini adalah jalan-jalan yang dipakai Yesus untuk keselamatan manusia. Kebenaran-kebenaran ini merupakan hal yang sangat hakiki dan universal terjadi dalam kehidupan manusia. Kebenaran ini tidak bisa kita hindari dalam kehidupan kita sehari-hari. Jalan kebenaran itu ialah jalan salib. Salib adalah kesaksian cinta paling tinggi yang diajarkan Yesus kepada manusia. Di salib ada cinta, pengorbanan, keadilan, kerendahan hati, kemiskinan dan pemberian diri. Di salib terkandung semua yang baik, benar dan positif. Bagaimanapun juga saya dan kita semua tidak bisa menyangkal semua kebenaran ini, sebab semua ini sudah kita alami dalam kehidupan kita setiap hari. Misalnya, pengalaman dicintai, pengalaman menderita, pengelaman keadilan dan ketidakadailan, dan sebagainya. Saya sangat beryukur karena saya adalah seorang katolik, lahir dan dibesarkan dalam keluarga dan lingkungan katolik, dan bahkan lebih lagi dipanggil untuk bekerja di lading anggur-Nya. Walaupun demikian, belum tentu saya selamat jika tidak menamalkan dan menghayati iman itu dalam kehidupan sehari-hari. Saya bersyukur karena boleh mengenal Kristus. Yang menjadi pertanyaan saya adalah bagaimana dengan saudara-saudaraku non-kristen? Mereka tidak atau belum mengenal Kristus. Lalu bagaimana mereka bisa selamat? Jawabannya ialah bahwa mereka juga bisa selamat karena iman implisit. Mereka akan selamat karena agama dan imannya kepada Allah. Agama-agama non-kristen juga mengajarkan hal-hal yang baik seperti Kristus ajarkan yakni: cinta, keadilan, pengorbanan, kejujuran, kebaikan dan sebagainya. Ketulusan hati setiap orang yang terdorong untuk selalu melakukan hal-hal yang baik, benar dan positif itu, mereka akan memperoleh keselamatan. Maka, iman semacam ini dinamakan iman implisit yang selalu mengarahkan hidupnya kepada yang eksplisit itu yakni Yesus Kristus sang penyelamat seluruh umat manusia. Dengan demikian, orang seperti ini akan lebih mendapat jaminan, daripada seorang Kristen yang hidup tidak sesuai dengan ajaran Kristus sendiri. Oleh karena itu, sebagai orang Kristen, penganut Kristus sejati, saya harus harus menyatakan dan mewartakan Kristus kepada setiap orang melalui sikap, tutur kata dan perbuatan saya setiap hari. Inilah tugas seorang pengikut Kristus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar