Kamis, 16 Februari 2012

LEBUR TANPA LARUT

Bacaan I : Yak 3:1-10

Bacaan Injil : Markus 9:2-10


Bapa, ibu, saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus…, BAYANGKAN begini: sekelompok orang berbeda keyakinan, berbeda pula latar belakang budayanya, bertemu lalu tinggal dan bekerja di tempat yang sama. Apa kira-kira yang akan terjadi?
Ada dua kemungkinan. Pertama akan tercipta suatu hubungan yang harmonis; saling membangun dan saling melengkapi. Yaitu ketika mereka saling menerima dan menghargai perbedaan di antara mereka sendiri. Kedua, sebaliknya justru akan terjadi ketegangan. Yaitu kalau mereka tidak bisa menerima perbedaan yang ada, lantas saling menuntut untuk menjadi sama, masing-masing menganggap apa yang lain sama sekali jelek dan tidak ada kebaikannya.
Seperti juga kita di PRODI. BIOLOGI ini. Kita semua yang hadir di sini, datang dari latar belakang budaya yang berbeda, bahasa, dan agama. Kondisi ini bisa menjadi suatu kekayaan yang mempesona. Ibarat lukisan yang terdiri dari berbagai warna, masing-masing warna memiliki keindahannya sendiri. Atau ibarat sebuah taman yang di dalamnya terdapat bermacam-macam jenis bunga. Setiap bunga memiliki tempat dan kekhasannya sendiri. Saling mengisi, saling melengkapi. Indah sekali.
Akan tetapi kemajemukan juga potensial menjadi masalah, bahkan malapetaka. Yaitu kalau perbedaan tidak diberi tempat, dan keseragaman dijadikan tujuan. Segala cara ditempuh agar semua orang menjadi sama. Maka kriteria sesama adalah mereka yang sama, sealiran, atau segolongan.
Akibatnya kita semakin berkotak-kotak. Batas kita dan mereka semakin jelas dan tegas. Kehidupan menjadi penuh sekat. Ada sebuah anekdot, seorang pemuda naik sepeda motor. Karena tidak hati-hati ia menabrak tiang listrik, jatuh di trotoar, dan meraung-raung kesakitan. Datang seorang tua hendak menolong. Tetapi sebelum menolong, ia malah bertanya, “Kamu Kristen atau bukan?” dijawab Kristen, masih ditanya, “Kristenya katolik atau protestan?”. Dijawab Protestan, masih juga ditanya, “Protestannya, GKI (Gereja Kristen Indonesia) atau Pentakosta?”.
Bapak, ibu, saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, jika terjadi demikian, maka terjadilah hukum rimba; yang kuat memperbudak yang lemah, atasan menidas bawahan. Homo Homini Lupus, manusia menjadi serigala bagi sesamanya.
Nah.., demikian juga kita di sini, bapa, ibu, saudara-saudari yang terkasih. Dalam PRODI. BIOLOGI kita dipersatukan dari keanekaragaman tersebut. Kita diajak untuk bekerja sama dalam membagun Universitas tercinta ini.
Dalam perjalanan waktu, kita akan dihadapkan pada suatu tugas yang harus kita emban. Ada di antara kita yang mungkin akan menjadi kerktor, pembantu dekan, dosen biasa dan sebagainya. Seandainya kita mendapat jabatan tinggi atau pun tidak, apa yang harus kita lakukan?
Bapa, ibu, saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus.., Injil hari ini dengan jelas mengajarkan apa yang harus kita lakukan. Berada di puncak sebuah gunung yang tinggi sungguh menjanjikan sebuah kenikmatan tersendiri. Walaupun dengan susah payah untuk mencapainya, kita tetap berusaha untuk mencapai puncak gunung itu. Keletihan akan sirna apabila kita telah mencapai puncak. Dari ketinggian, kita dapat melihat keindahan alam yang terhampar luas di bawah sana. Keindahan terbentuk akibat percampuran aneka warna dan bentuk. Semuanya berpadu dalam satu keindahan yang menakjubkan.
Pengalaman puncak dapat membuat orang tidak mau turun lagi. Hal ini disebabkan karena keindahan, ketenangan dan kesejukan, dibrikan di sana tanpa batas. Di puncak orang akan jauh dari segala kegelisahan. Akan tetapi, mau tidak mau kita harus turun lagi. Kita tidak bisah tinggal tetap di atas. Walaupu demikian, pengalaman indah yang singkat itu cukup memberikan kekuatan kepada kita untuk turun dari gunung dan melanjutkan perjalanan hidup di lembah kehidupan.
Yesus menyatakan kemuliaan-Nya di atas gunung. Para murid yang menyertai Dia menyaksikan hal itu dan mereka diliputi sukacita. Pengalaman yang indah itu, membuat mereka enggan untuk turun, sebab mereka ingin mengalami itu selamanya. Tetapi, awan segera meliputi mereka, suatu tanda bahwa belum waktunya bagi mereka untuk menikmati hal itu selamanya.
Pengalaman itu merupakan suatu gambaraan akan kemuliaan Yesus yang sebenarnya setelah ia ditinggikan di kayu salib di puncak bulit Golgota. Para murid harus segera turun. Dari ketinggian kembali ke lembah, tempat mereka hidup sehari-hari. Bermodalakan pengalam bersama Yesus, para murid harus bersaksi bahwa Allah juga akan meninggikan setiap orang yang berkenan kepada-Nya.
Semoga momen hari ini merupakan langkah awal bagi kita untuk mendaki gunung Tuhan lewat kerja sama, saling membantu, dan saling bergandengan tangan; untuk terus berjuang membagun perguruan kita ini ke arah yang lebih baik. Sebagaimana dikatakan oleh St. Frasiskus Asisi…, “Mari kita mulai lagi, sebab sampai saat ini kita belum berbuat apa-apa”. Semoga… AMIN.

Kamis, 09 Februari 2012

Pengaruh Adanya Profesi Pembuat Skripsi (Oleh: Erick Sila, Denier, Pius Nugroho, & Andus )

I. Latar Belakang
Pendidikan di negeri ini dianggap membelenggu hendaknya tidak membuat kelu. Bahwa pendidikan kita dianggap tidak membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) handal tidak perlu kesal. Bahwa pendidikan kita dikategorikan tidak berkualitas seharusnya membuat pendidik lebih beraktivitas. Bahwa pendidikan kita masih ada di belakang negara tetangga hendaknya membuat mata kita terbuka. Dan bahwa pendidikan di Indonesia dianggap kurang bermakna adalah lontaran yang menunjuk adanya realita.
Adalah deretan kenyataan bahwa pendidikan kita membuahkan berbagai fenomena yang menonjol, yang menampilkan adanya tanda-tanda keterpurukan yang harus segera dibenahi. Membeludaknya para pencari kerja daripada pencipta lapangan kerja merupakan contoh. Begitu juga dengan persepsi bahwa pencapaian gelar merupakan puncak dari pendidikan. Fenomena ini bisa dikatakan sebagai tanda atas ketidakberhasilan dunia pendidikan dalam usahanya mencetak manusia-manusia yang kreatif dan berwawasan luas.
Fenomena yang muncul akhir-akhir ini, terlebih dalam dunia pendidikan tingkat universitas, yakni adanya oknum-oknum tertentu yang tidak bertanggungjawab atas nilai luhur dari pendidikan. Mereka baik dari pihak mahasiswa maupun non-mahasiswa tampak saling menguatkan eksistensi masing-masing. Pandangan ini kami bangun atas realitas keterpurukan yang ada namun masih bersifat abstrak dan tersembunyi.
Dalam pembahasan ini, kelompok mencoba mengadakan penelitian untuk mengetahui lebih dekat tentang fenomena yang muncul akhir-akhir ini, yaitu mengenai pengaruh “pembuatan” skripsi jadi yang ditawarkan baik kepada maupun yang diminta oleh mahasiswa-mahasiswi terhadap kualitas mahasiswa-mahasiswi sendiri. Secara spesifik, kami mengambil sampel dari beberapa mahasiswa-mahasiswi Universitas Nomensen untuk menjawab beberapa persoalan yang ingin kami dalami.

II. Kerangka Teoritis
Pembuatan skripsi adalah tanggungjawab setiap mahasiswa yang akan menyelesaikan masa studinya. Untuk menghasilkan generasi muda yang berkualitas, setiap mahasiswa maupun mahasiswi memiliki tanggungjawab terhadap skripsi yang ditulisnya. Dalam hal ini, seorang mahasiswa atau mahasiswi, dituntut untuk menyelesaikan skripsinya serta mampu mempertanggungjawabkannya. Seorang mahasiswa harus menguasai apa yang ia tulis.
Pertanggungjawaban sebuah skrispsi harus didasarkan atas hasil penelitian, baik studi kepustakaan maupun penelitian lapangan. Dengan demikian, generasi muda penerus bangsa akan siap menghadapi tantangan apa pun yang ia hadapi dalam masyarakat. Akan tetapi, sudah siapkah kita dengan tantangan seperti ini? Ini adalah pertanyaan besar yang harus dijawab oleh generasi muda zaman kekarang.
Persoalan dan tantangan dewasa ini adalah mahasiswa-mahasiswi menganggap skripsi itu hanya sebagai syarat kelulusan. Apalagi mental semacam ini didukung oleh sistim pendidikan bangsa yang tidak jelas. Misalnya, penerapan kebijakan pendidikan yang memihak, maraknya kecurangan-kecurangan dalam anggaran pendidikan, sistim pendidikan yang sering kali berubah, dan kurangnya tenaga pendidik yang benar-benar berkompeten di bidangnya. Jika demikian, maka tidak jelas juga masa depan generasi muda. Dengan keadaan semacam ini, generasi muda penerus bangsa (dalam hal ini mahasiswa-mahasiswi), secara tidak langsung dibentuk menjadi manusia-manusia bermental instan. Mahasiswa-mahasiswi akan cenderung mencari alternatif yang lebih gampang dan cepat demi penyelesaian skripsinya.
Perkembangan komunikasi dan teknologi serta tawaran dunia yang serba instan dewasa ini, sangatlah mudah bagi seorang mahasiswa atau mahasiswi untuk menyelesaikan skripsinya tanpa harus bekerja keras terlebih dahulu. Dunia zaman sekarang tinggal “klik” dan “gesek” saja, semua pasti beres.
Salah satu isu baru yang marak di kalangan masyarakat dewasa ini adalah “Profesi Pembuat Skripsi”. Profesi ini merupakan sebuah lapangan kerja baru di zaman modern ini. Profesi ini menawarkan kemudahan kepada mahasiwa-mahasiswi dalam hal penyusunan skripsi. Skripsi yang diinginkan oleh seorang mahasiswa dengan tema tertentu bisa langsung jadi tanpa kerja keras dari mahasiswa atau mahasiswi bersangkutan. Dalam hal ini, ada transaksi jual beli. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana seorang yang terdidik itu? Apakah seorang mahasiswa atau mahasiswi mau menerima tawaran itu tanpa bekerja keras?
“Profesi Pembuat Skripsi” adalah sebuah masalah sosial yang harus diatasi. Kehadiran “profesi” baru ini, secara tidak langsung membodohi generasi penerus bangsa. Namun orang-orang yang giat dalam profesi tersebut tidak bisa dipersalahkan begitu saja. Kita harus melihat latar belakangnya. Mengapa dan bagaimana?
Suatu bangsa yang berkualitas adalah bangsa yang memperhatikan kualitas pendidikan di dalam bangsanya. Masa depan suatu bangsa berada di tangan generasi muda. Generasi muda harus dipersiapkan sebaik-baiknya melalui pendidikan yang benar dan transparan. Dengan demikian, cita-cita dan harapan bangsa yang bermartabat, adil, dan makmur akan tercapai.

III. Analisis
Zaman sekarang ini mulai bermunculan beberapa universitas baru. Masing-masing mempunyai keunggulan dan kemungkinan juga memiliki kelemahan. Kebanyakan universitas ditunjang dengan berbagai macam fasilitas. Sebuah perguruan tinggi dengan gedung yang menjulang tinggi dan megah akan sangat mengagumkan. Namun image sebuah perguruan tinggi bukanlah dilihat dari gedung yang demikian.
Kemapanan yang dimiliki sebuah perguruan tinggi akan lebih lengkap bila terarah juga pada akademik, seperti kegiatan penelitian. Berapa banyak dan kualitas penelitian yang telah dipublikasikan akan menjadi tolok ukur kementerengan kampus tersebut. Juga menyangkut karakter tamatannya.
Pendidikan adalah kebutuhan bagi suatu bangsa untuk berubah. Perubahan berupa pertumbuhan dan pengembangan, terutama peningkatan kualitas sumber daya manusia bagi angkatan baru generasi bangsa. Di era globalisasi saat ini terjadi persaingan ketat di antara bangsa-bangsa di segala bidang, sehingga diperlukan manusia berkualitas untuk siap bersaing. Manusia berkualitas adalah manusia yang bertindak atau bekerja selalu dalam kapasitas profesional.
Menurut Soemarno Soemarsono, “Menjadi seorang professional tidak disyaratkan oleh tingkat pendidikan tertentu sebab profesionalisme tidak ditentukan oleh tingginya pendidikan yang diperoleh seseorang, melainkan oleh kompetensi dan karakter yang dimilikinya, yaitu usaha yang dilandasi dan dituntun oleh nilai-nilai keberanian, semangat dan pengabdian sejati. Mewujudkan usaha semacam ini tidaklah gampang sebab pada dasarnya manusia dikuasai oleh nafsu-nafsu rendah dan kelemahan pribadi, yang bila tidak dituntun oleh kebenaran akan selalu cenderung takut, tidak bersemangat dan tidak berdedikasi tinggi.”
Pengembangan kompetensi dan pembentukan karakter yang baik diawali oleh pendidikan di keluarga, didampingi dan dilanjutkan oleh layanan pendidikan pada satuan pendidikan dan dilengkapi oleh pendidikan dalam masyarakat. Ketiga jenis layanan pendidikan tersebut berperan dan bertanggung jawab menuntun angkatan baru generasi bangsa dengan nilai-nilai keberanian, semangat dan pengabdian sejati. Oleh sebab itu ketiga jenis layanan pendidikan tersebut memerlukan penjaminan mutu. Menjamin diartikan sebagai menanggung. Menanggung atau berjanji akan memenuhi kewajiban terwujudnya layanan pendidikan yang bermutu atau berkualitas itu tidak mudah.
Mahasiswa-mahasiswi sebagai generasi baru yang dididik dalam perguruan tinggi mengalami dinamika perkuliahan. Proses pendidikan ditempuh oleh mahasiswa selama beberapa tahun. Pada akhirnya mereka mendapat gelar akademik, tentunya setelah melewati berbagai persyaratan.
Salah satunya adalah skripsi. Idealnya skripsi dibuat dan diselesaikan oleh mahasiswa-mahasiswi. Selama proses pembuatan, tentulah ada kontak bimbingan dengan dosen yang menjadi pembimbing skripsi. Subjek utama adalah mahasiswa-mahasiswi yang bersangkutan. Mahasiswa yang membuat harus menentukan tema skripsi, mencari buku-buku sumber dan waktu berjumpa dengan pembimbing. Memang agak repot, tetapi demi pendidikan, semua bisa dan harus dilewati. Di sini dituntut semangat dan kerja keras.
Orang yang tak sanggup atas itu semua akan mengalihkan tugas kewajibannya tersebut kepada orang lain. Penawaran jasa pembuatan skripsi akan diserbu oleh orang-orang yang demikian. Tindakan demikian tentu akan merusak karakter mahasiswa dan kampus. Muncul berbagai tanggapan atas profesi tersebut. Di luar mereka (yang ikut dalam kegiatan tersebut) tentu muncul gagasan mengenai bagaimana karakter dan kualitas mahasiswa yang bersangkutan. Hal-hal seperti itu akan merongrong dan menggerogoti pendidikan bangsa. Akibatnya, mutu pendidikan bangsa akan menurun.
Penjaminan mutu pendidikan adalah tugas bersama sebagai suatu bangsa. Setiap orang yang terlibat di dalam proses menumbuhkan dan mengembangkan angkatan muda, generasi bangsa di masa mendatang, hendaknya bertanggung jawab melakukan penjaminan mutu pendidikan.

Kisah Tak Terlupakan (Oleh: Erick Sila)

Saat ini aku merasa kamu tidak jauh lagi dari ku seperti hari-hari kemarin walaupun aku tahu kamu akan pergi lagi. Seminggu saja kita akan bersama. Kamu masih ingat kan sahabatku? Ya, aku berharap kisah yang telah kita lewati bersama, kamu ingat selalu. Tapi aku ragu karena saat itu aku dalam suasana minggu tenang menjelang Ujian Akhir Semester. Saat paling menegangkan bagi semua mahasiswa. Ini bukanlah sesuatu yang gampang tetapi aku percaya, aku bisa. Aku hanya takut kamu kecewa. Akan tetapi aku tidak mau kamu kecewa karena aku. Tapi aku tidak tahu harus dengan cara apa ‘tuk membahagiakan kamu di saat-saat sulit seperti ini. Akan tetapi, aku berjanji untuk membahagiakanmu walau dalam segala kekuranganku.
Kamu masih ingat lagu kita kan sahabatku? Itu benar. Bahwa walaupun aku harus lelah dan letih, namun aku lakukan semua ini demi kamu. Aku tak akan berhenti menemani dan menyayangimu walau matahari tak terbit lagi. Demikianlah penggalan lagu dari Wali Band yang juga mewakili kata hatiku saat ini.
Akhirnya kisah indah di awal tahun kita tuliskan bersama. Di atas bentangan sang danau yang luas dan di atas gelombang yang berayun lembut aku menuntunmu ke tempat yang lebih dalam. Di sana, ku taburkan cinta di atas birunya hatimu. Di atas gelombang yang berayun lembut, jari-jemariku mulai menari-nari dengan pena cinta di atas lembaran air yang terbentang luas.
Lima menit, sepuluh menit, bahkan satu jam, aku memintamu agar kita menyelesaikan kisah ini hingga penutup. Sehingga akhirnya aku dan kamu menemukan kesimpulan akhir bahwa semua karena cinta. Aku memintamu untuk tidak melewatkan satu kisah pun dalam catatan ini. Bahkan aku berharap kisah ini tercipta dari kata-kata yang terindah indah yang telah kita tuliskan bersama sebelumnya. Itu akan menjadi kisah indah dak terlupakan antara aku dan kamu.
Jujur saja, aku sangat bahagia bisa bertemu kamu lagi. Semuanya itu telah aku buktikan selama kamu ada di sini. Aku ingin membukktikan kepadamu bahwa rasa sayang ku kepadamu begitu besar. Itu semua terbukti ketika kamu ada di sisiku. Ya, aku merasa tenang dan damai ketika kamu ada di sampingku. Aku ingin kamu selalu ada di sini. Melalui hari-hari besama dan menyusun kisah yang lebih indah. Namun semuanya itu, harus terjadi demi masa depan kita. Kepada kita telah Tuhan berikan buku dan pena untuk menuliskan masa depan kita masing-masing. Walaupun kita berjauhan, namun aku berjanji akan selalu menjagamu walau dari tempat yang jauh.
Akhirnya satu demi satu kata, kalimat dan paragraf tersusun dan akhirnya terbentuklah kisah ini. Sebab kata orang “lebih baik tinta yang pudar daripada ingatan yang kabur”.
Kisah itu masih aku ingat dengan jelas. Aku ingat saat itu kamu mengatakan kepadaku untuk tetap dan selalu menjadi sahabat terbaikmu selamanya. Aku juga ingat ketika kamu bertanya apakah aku selalu kangen sama kamu. Aku mengatakan bahwa itu benar. Aku selalu merindukanmu di setiap langkah hidupku. Tahukah kamu apa yang ku minta di setiap doa sepanjang hariku? Aku selalu meminta kepada Tuhan agar kamu selalu dilindungi. Sekali lagi aku katakan bahwa aku tidak akan pernah berhenti mencintai dan menyayangimu sampai kapan pun. Aku tidak akan menuntut lebih dari kamu. Aku hanya ingin agar kamu tetap menjadi sahabat terbaikku selamanya.
Aku sadar bahwa aku bukan siapa-siapa. Aku hanyalah manusia biasa yang juga memiliki kekurangan. Akan tetapi, aku akan selalu mencintai dan menyangimu dalam kekurangan-kekuranganku itu. Aku selalu berbangga atas kelemahan-kelemahanku. Sebab dari kelemahanku aku belajar membangun sebuah dasar persahabatan yang kokoh. Sehingga akhirnya kamu menjadi pribadi yang kuat ketika aku tidak ada lagi. Jika suatu saat kita tidak bersama lagi seperti saat ini, aku berharap agar diatas dasar yang kokoh itu, kamu sempurnakan lagi bersama dia. Bersama dia aku berharap agar terbentuk suatu bangunan cinta yang lebih indah dari bangunan cinta kita saat ini. Sebagai kata terakhir kisah ini, aku harus Jujur bahwa, aku sayang kamu, aku bangga memiliki sahabat sepertimu.

Kisah Indah di Awal Tahun (Oleh: Erick Sila)

Malam itu, langit kota Medan nampak kelam. Aku tidak tahu mengapa hatiku begitu hampa. Hanya satu yang aku harapkan yakni kehadiranmu di sini saat ini. Malam itu, cahaya rembulan tidak sanggup menepis tebalnya awan hitam di langit. Malam semakin kelam sekelam hatiku. Dalam kehampaan hati yang begitu dalam, sejenak aku bertanya dalam hati “adakah seberkas cahaya indah di depan sana?”. Akhirnya harapan itu menjadi kenyataan.
Ketika sang mentari pagi mulai menyingsing, aku merasakan cinta yang luar biasa. Pengalaman ini bukanlah sebuah ilusi melainkan kenyataan. Kenyataan yang membuatku seakan tidak percaya. Aku tidak tahu harus dengan kata atau kalimat apa aku mengisahkannya. Sebab aku sadar bahwa aku bukanlah pujangga dan juga bukan penyair, tetapi aku, aku yang mencoba. Yang mudah tidak dipersulit dan yang sulit dipermudah. Itulah yang mendorong aku untuk mengisahkannya kembali untukmu dan untuk mereka yang megharapkan dan mengidolakan cinta.
Untuk memulai kisah indah ini, aku harus jujur kepadamu dan kepada mereka. Ketika itu, aku berpikir bahwa aku tidak akan pernah lagi bertemu denganmu. Ya, pengalaman setahun yang lalu masih ku ingat dengan jelas. Waktu itu, kamu pergi jauh dari ku sejauh timur dari barat. Namun semua itu bukanlah kehendak ku dan juga bukan kehendakmu. Aku yakin kamu juga merasa berat meninggalkanku sejauh itu. Namun semua itu, demi aku dan kamu.
Dengan berlalunya waktu akhirnya saat yang tak aku sangka-sangka datang juga. Siang itu aku sangat lelah sehingga aku ketiduran sehingga tidak sadar jam telah menunjukkan pukul 14.04. Dalam keadaan setengah sadar aku mendengar hand phoneku berdering. Dengan cepat aku mengambilnya dari meja di samping tempat tidurku dan mulai membukanya. Aku kaget dan tidak percaya ketika membaca pesan itu. Dalam pesan tersebut kamu memintaku menjemputmu di pintu gerbag rumahku. “Ah…, kamu hanya bercanda saja” demikian pikirku dalam hati. Akhirnya dengan berat hati aku mengikuti perintahmu. Aku keluar dan mengambil sepeda kecilku dari gudang, lalu dengan segera aku menuju ke gerbang untuk membuktikan apakah yang kamu katakan itu benar atau hanya sebuah kebohongan belaka. Waktu itu ada dua pikiran dalam benakku. Pertama, jika itu hannya canda belaka, tidak mengapa. Sebab, aku telah berencana akan pergi dengan sepeda kecilku ke mana saja aku mau. Dan itu telah aku beritahukan kepada Dea adikku. Yang kedua, jika itu benar maka aku akan memelukmu dan mengatan betapa aku merindukan kehadiranmu.
Dengan sepeda kecilku aku melaju dari atas. Aku menghentikan sepedaku dengan tiba-tiba sehingga ban belakangnya terseret panjang. Aku tersentak kaget ketika melihat seseorang dengan sosok tubuh begitu indah berdiri mebelakangi arah dimana aku datang. Aku tidak percaya. Aku tidak tahu dengan kata apa harus ku ungkapkan kebahagiaanku saat itu ketika aku mengetahui dan melihat dengan jelas bahwa itu adalah kamu. Karena perasaan haru dan bahagia yang luar biasa saat itu, aku kehilangan kata-kata. Aku tidak tahu mau mengatakan apa kepadamu saat itu. Yang aku rasakan hanyalah kebahagiaan yang luar biasa.
Akhirnya dengan langkah santai aku menuntunmu menuju ke rumahku. Ya, rumah dimana kita berbagi cerita di saat kamu masih di sini. Jujur, saat itu aku sangat bahagia karena kamu masih mengingatku dan mengunjungi aku. Aku juga tahu bahwa masih banyak keluarga yang harus kamu kunjungi selama liburanmu kali ini. aku juga tahu bahwa waktu liburan kamu sangat singkat, namun aku bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan karena kamu masih mengingat aku. Kamu telah berkorban banyak untukku. Korban waktu, korban tenaga dan segalanya demi aku. Lebih lagi, semua itu karena kamu masih mencintai dan menyayangiku seperti yang dulu. Jika tidak, kamu tidak akan datang melihat aku di sini.
Aku tidak tahu dengan apa aku harus mebalasnya kepadamu. Yang aku miliki hanyalah cinta dan perhatian. Aku yakin kamu tidak akan menuntut lebih daripadaku selain kedua hal itu. Maka sebelum kamu pergi, sekali lagi ingin kukatakan bahwa aku sayang padamu. Aku akan selalu menjagamu sampai kapanpun. Bahkan bila aku mati, ku kan berdoa pada yang ilahi, agar kita bisa bersama lagi di surga nanti. Aku akan mengingat merindukanmu setiap saat. Terima kasih sahabatku, terima kasih cinta.