Kamis, 09 Februari 2012

Pengaruh Adanya Profesi Pembuat Skripsi (Oleh: Erick Sila, Denier, Pius Nugroho, & Andus )

I. Latar Belakang
Pendidikan di negeri ini dianggap membelenggu hendaknya tidak membuat kelu. Bahwa pendidikan kita dianggap tidak membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) handal tidak perlu kesal. Bahwa pendidikan kita dikategorikan tidak berkualitas seharusnya membuat pendidik lebih beraktivitas. Bahwa pendidikan kita masih ada di belakang negara tetangga hendaknya membuat mata kita terbuka. Dan bahwa pendidikan di Indonesia dianggap kurang bermakna adalah lontaran yang menunjuk adanya realita.
Adalah deretan kenyataan bahwa pendidikan kita membuahkan berbagai fenomena yang menonjol, yang menampilkan adanya tanda-tanda keterpurukan yang harus segera dibenahi. Membeludaknya para pencari kerja daripada pencipta lapangan kerja merupakan contoh. Begitu juga dengan persepsi bahwa pencapaian gelar merupakan puncak dari pendidikan. Fenomena ini bisa dikatakan sebagai tanda atas ketidakberhasilan dunia pendidikan dalam usahanya mencetak manusia-manusia yang kreatif dan berwawasan luas.
Fenomena yang muncul akhir-akhir ini, terlebih dalam dunia pendidikan tingkat universitas, yakni adanya oknum-oknum tertentu yang tidak bertanggungjawab atas nilai luhur dari pendidikan. Mereka baik dari pihak mahasiswa maupun non-mahasiswa tampak saling menguatkan eksistensi masing-masing. Pandangan ini kami bangun atas realitas keterpurukan yang ada namun masih bersifat abstrak dan tersembunyi.
Dalam pembahasan ini, kelompok mencoba mengadakan penelitian untuk mengetahui lebih dekat tentang fenomena yang muncul akhir-akhir ini, yaitu mengenai pengaruh “pembuatan” skripsi jadi yang ditawarkan baik kepada maupun yang diminta oleh mahasiswa-mahasiswi terhadap kualitas mahasiswa-mahasiswi sendiri. Secara spesifik, kami mengambil sampel dari beberapa mahasiswa-mahasiswi Universitas Nomensen untuk menjawab beberapa persoalan yang ingin kami dalami.

II. Kerangka Teoritis
Pembuatan skripsi adalah tanggungjawab setiap mahasiswa yang akan menyelesaikan masa studinya. Untuk menghasilkan generasi muda yang berkualitas, setiap mahasiswa maupun mahasiswi memiliki tanggungjawab terhadap skripsi yang ditulisnya. Dalam hal ini, seorang mahasiswa atau mahasiswi, dituntut untuk menyelesaikan skripsinya serta mampu mempertanggungjawabkannya. Seorang mahasiswa harus menguasai apa yang ia tulis.
Pertanggungjawaban sebuah skrispsi harus didasarkan atas hasil penelitian, baik studi kepustakaan maupun penelitian lapangan. Dengan demikian, generasi muda penerus bangsa akan siap menghadapi tantangan apa pun yang ia hadapi dalam masyarakat. Akan tetapi, sudah siapkah kita dengan tantangan seperti ini? Ini adalah pertanyaan besar yang harus dijawab oleh generasi muda zaman kekarang.
Persoalan dan tantangan dewasa ini adalah mahasiswa-mahasiswi menganggap skripsi itu hanya sebagai syarat kelulusan. Apalagi mental semacam ini didukung oleh sistim pendidikan bangsa yang tidak jelas. Misalnya, penerapan kebijakan pendidikan yang memihak, maraknya kecurangan-kecurangan dalam anggaran pendidikan, sistim pendidikan yang sering kali berubah, dan kurangnya tenaga pendidik yang benar-benar berkompeten di bidangnya. Jika demikian, maka tidak jelas juga masa depan generasi muda. Dengan keadaan semacam ini, generasi muda penerus bangsa (dalam hal ini mahasiswa-mahasiswi), secara tidak langsung dibentuk menjadi manusia-manusia bermental instan. Mahasiswa-mahasiswi akan cenderung mencari alternatif yang lebih gampang dan cepat demi penyelesaian skripsinya.
Perkembangan komunikasi dan teknologi serta tawaran dunia yang serba instan dewasa ini, sangatlah mudah bagi seorang mahasiswa atau mahasiswi untuk menyelesaikan skripsinya tanpa harus bekerja keras terlebih dahulu. Dunia zaman sekarang tinggal “klik” dan “gesek” saja, semua pasti beres.
Salah satu isu baru yang marak di kalangan masyarakat dewasa ini adalah “Profesi Pembuat Skripsi”. Profesi ini merupakan sebuah lapangan kerja baru di zaman modern ini. Profesi ini menawarkan kemudahan kepada mahasiwa-mahasiswi dalam hal penyusunan skripsi. Skripsi yang diinginkan oleh seorang mahasiswa dengan tema tertentu bisa langsung jadi tanpa kerja keras dari mahasiswa atau mahasiswi bersangkutan. Dalam hal ini, ada transaksi jual beli. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana seorang yang terdidik itu? Apakah seorang mahasiswa atau mahasiswi mau menerima tawaran itu tanpa bekerja keras?
“Profesi Pembuat Skripsi” adalah sebuah masalah sosial yang harus diatasi. Kehadiran “profesi” baru ini, secara tidak langsung membodohi generasi penerus bangsa. Namun orang-orang yang giat dalam profesi tersebut tidak bisa dipersalahkan begitu saja. Kita harus melihat latar belakangnya. Mengapa dan bagaimana?
Suatu bangsa yang berkualitas adalah bangsa yang memperhatikan kualitas pendidikan di dalam bangsanya. Masa depan suatu bangsa berada di tangan generasi muda. Generasi muda harus dipersiapkan sebaik-baiknya melalui pendidikan yang benar dan transparan. Dengan demikian, cita-cita dan harapan bangsa yang bermartabat, adil, dan makmur akan tercapai.

III. Analisis
Zaman sekarang ini mulai bermunculan beberapa universitas baru. Masing-masing mempunyai keunggulan dan kemungkinan juga memiliki kelemahan. Kebanyakan universitas ditunjang dengan berbagai macam fasilitas. Sebuah perguruan tinggi dengan gedung yang menjulang tinggi dan megah akan sangat mengagumkan. Namun image sebuah perguruan tinggi bukanlah dilihat dari gedung yang demikian.
Kemapanan yang dimiliki sebuah perguruan tinggi akan lebih lengkap bila terarah juga pada akademik, seperti kegiatan penelitian. Berapa banyak dan kualitas penelitian yang telah dipublikasikan akan menjadi tolok ukur kementerengan kampus tersebut. Juga menyangkut karakter tamatannya.
Pendidikan adalah kebutuhan bagi suatu bangsa untuk berubah. Perubahan berupa pertumbuhan dan pengembangan, terutama peningkatan kualitas sumber daya manusia bagi angkatan baru generasi bangsa. Di era globalisasi saat ini terjadi persaingan ketat di antara bangsa-bangsa di segala bidang, sehingga diperlukan manusia berkualitas untuk siap bersaing. Manusia berkualitas adalah manusia yang bertindak atau bekerja selalu dalam kapasitas profesional.
Menurut Soemarno Soemarsono, “Menjadi seorang professional tidak disyaratkan oleh tingkat pendidikan tertentu sebab profesionalisme tidak ditentukan oleh tingginya pendidikan yang diperoleh seseorang, melainkan oleh kompetensi dan karakter yang dimilikinya, yaitu usaha yang dilandasi dan dituntun oleh nilai-nilai keberanian, semangat dan pengabdian sejati. Mewujudkan usaha semacam ini tidaklah gampang sebab pada dasarnya manusia dikuasai oleh nafsu-nafsu rendah dan kelemahan pribadi, yang bila tidak dituntun oleh kebenaran akan selalu cenderung takut, tidak bersemangat dan tidak berdedikasi tinggi.”
Pengembangan kompetensi dan pembentukan karakter yang baik diawali oleh pendidikan di keluarga, didampingi dan dilanjutkan oleh layanan pendidikan pada satuan pendidikan dan dilengkapi oleh pendidikan dalam masyarakat. Ketiga jenis layanan pendidikan tersebut berperan dan bertanggung jawab menuntun angkatan baru generasi bangsa dengan nilai-nilai keberanian, semangat dan pengabdian sejati. Oleh sebab itu ketiga jenis layanan pendidikan tersebut memerlukan penjaminan mutu. Menjamin diartikan sebagai menanggung. Menanggung atau berjanji akan memenuhi kewajiban terwujudnya layanan pendidikan yang bermutu atau berkualitas itu tidak mudah.
Mahasiswa-mahasiswi sebagai generasi baru yang dididik dalam perguruan tinggi mengalami dinamika perkuliahan. Proses pendidikan ditempuh oleh mahasiswa selama beberapa tahun. Pada akhirnya mereka mendapat gelar akademik, tentunya setelah melewati berbagai persyaratan.
Salah satunya adalah skripsi. Idealnya skripsi dibuat dan diselesaikan oleh mahasiswa-mahasiswi. Selama proses pembuatan, tentulah ada kontak bimbingan dengan dosen yang menjadi pembimbing skripsi. Subjek utama adalah mahasiswa-mahasiswi yang bersangkutan. Mahasiswa yang membuat harus menentukan tema skripsi, mencari buku-buku sumber dan waktu berjumpa dengan pembimbing. Memang agak repot, tetapi demi pendidikan, semua bisa dan harus dilewati. Di sini dituntut semangat dan kerja keras.
Orang yang tak sanggup atas itu semua akan mengalihkan tugas kewajibannya tersebut kepada orang lain. Penawaran jasa pembuatan skripsi akan diserbu oleh orang-orang yang demikian. Tindakan demikian tentu akan merusak karakter mahasiswa dan kampus. Muncul berbagai tanggapan atas profesi tersebut. Di luar mereka (yang ikut dalam kegiatan tersebut) tentu muncul gagasan mengenai bagaimana karakter dan kualitas mahasiswa yang bersangkutan. Hal-hal seperti itu akan merongrong dan menggerogoti pendidikan bangsa. Akibatnya, mutu pendidikan bangsa akan menurun.
Penjaminan mutu pendidikan adalah tugas bersama sebagai suatu bangsa. Setiap orang yang terlibat di dalam proses menumbuhkan dan mengembangkan angkatan muda, generasi bangsa di masa mendatang, hendaknya bertanggung jawab melakukan penjaminan mutu pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar