Kamis, 09 Februari 2012

Kisah Indah di Awal Tahun (Oleh: Erick Sila)

Malam itu, langit kota Medan nampak kelam. Aku tidak tahu mengapa hatiku begitu hampa. Hanya satu yang aku harapkan yakni kehadiranmu di sini saat ini. Malam itu, cahaya rembulan tidak sanggup menepis tebalnya awan hitam di langit. Malam semakin kelam sekelam hatiku. Dalam kehampaan hati yang begitu dalam, sejenak aku bertanya dalam hati “adakah seberkas cahaya indah di depan sana?”. Akhirnya harapan itu menjadi kenyataan.
Ketika sang mentari pagi mulai menyingsing, aku merasakan cinta yang luar biasa. Pengalaman ini bukanlah sebuah ilusi melainkan kenyataan. Kenyataan yang membuatku seakan tidak percaya. Aku tidak tahu harus dengan kata atau kalimat apa aku mengisahkannya. Sebab aku sadar bahwa aku bukanlah pujangga dan juga bukan penyair, tetapi aku, aku yang mencoba. Yang mudah tidak dipersulit dan yang sulit dipermudah. Itulah yang mendorong aku untuk mengisahkannya kembali untukmu dan untuk mereka yang megharapkan dan mengidolakan cinta.
Untuk memulai kisah indah ini, aku harus jujur kepadamu dan kepada mereka. Ketika itu, aku berpikir bahwa aku tidak akan pernah lagi bertemu denganmu. Ya, pengalaman setahun yang lalu masih ku ingat dengan jelas. Waktu itu, kamu pergi jauh dari ku sejauh timur dari barat. Namun semua itu bukanlah kehendak ku dan juga bukan kehendakmu. Aku yakin kamu juga merasa berat meninggalkanku sejauh itu. Namun semua itu, demi aku dan kamu.
Dengan berlalunya waktu akhirnya saat yang tak aku sangka-sangka datang juga. Siang itu aku sangat lelah sehingga aku ketiduran sehingga tidak sadar jam telah menunjukkan pukul 14.04. Dalam keadaan setengah sadar aku mendengar hand phoneku berdering. Dengan cepat aku mengambilnya dari meja di samping tempat tidurku dan mulai membukanya. Aku kaget dan tidak percaya ketika membaca pesan itu. Dalam pesan tersebut kamu memintaku menjemputmu di pintu gerbag rumahku. “Ah…, kamu hanya bercanda saja” demikian pikirku dalam hati. Akhirnya dengan berat hati aku mengikuti perintahmu. Aku keluar dan mengambil sepeda kecilku dari gudang, lalu dengan segera aku menuju ke gerbang untuk membuktikan apakah yang kamu katakan itu benar atau hanya sebuah kebohongan belaka. Waktu itu ada dua pikiran dalam benakku. Pertama, jika itu hannya canda belaka, tidak mengapa. Sebab, aku telah berencana akan pergi dengan sepeda kecilku ke mana saja aku mau. Dan itu telah aku beritahukan kepada Dea adikku. Yang kedua, jika itu benar maka aku akan memelukmu dan mengatan betapa aku merindukan kehadiranmu.
Dengan sepeda kecilku aku melaju dari atas. Aku menghentikan sepedaku dengan tiba-tiba sehingga ban belakangnya terseret panjang. Aku tersentak kaget ketika melihat seseorang dengan sosok tubuh begitu indah berdiri mebelakangi arah dimana aku datang. Aku tidak percaya. Aku tidak tahu dengan kata apa harus ku ungkapkan kebahagiaanku saat itu ketika aku mengetahui dan melihat dengan jelas bahwa itu adalah kamu. Karena perasaan haru dan bahagia yang luar biasa saat itu, aku kehilangan kata-kata. Aku tidak tahu mau mengatakan apa kepadamu saat itu. Yang aku rasakan hanyalah kebahagiaan yang luar biasa.
Akhirnya dengan langkah santai aku menuntunmu menuju ke rumahku. Ya, rumah dimana kita berbagi cerita di saat kamu masih di sini. Jujur, saat itu aku sangat bahagia karena kamu masih mengingatku dan mengunjungi aku. Aku juga tahu bahwa masih banyak keluarga yang harus kamu kunjungi selama liburanmu kali ini. aku juga tahu bahwa waktu liburan kamu sangat singkat, namun aku bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan karena kamu masih mengingat aku. Kamu telah berkorban banyak untukku. Korban waktu, korban tenaga dan segalanya demi aku. Lebih lagi, semua itu karena kamu masih mencintai dan menyayangiku seperti yang dulu. Jika tidak, kamu tidak akan datang melihat aku di sini.
Aku tidak tahu dengan apa aku harus mebalasnya kepadamu. Yang aku miliki hanyalah cinta dan perhatian. Aku yakin kamu tidak akan menuntut lebih daripadaku selain kedua hal itu. Maka sebelum kamu pergi, sekali lagi ingin kukatakan bahwa aku sayang padamu. Aku akan selalu menjagamu sampai kapanpun. Bahkan bila aku mati, ku kan berdoa pada yang ilahi, agar kita bisa bersama lagi di surga nanti. Aku akan mengingat merindukanmu setiap saat. Terima kasih sahabatku, terima kasih cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar