Sabtu, 02 Juni 2012

Definisi Lituturgi Menurut Dom Odo Casel (Erick Sila).

I. Pengantar Seperti Gereja sendiri, Liturgi pun senatiasa hidup dan berkembang. Liturgi dibentuk oleh sejarah. Oleh karena itu, banyak usaha-usaha yang dilakukan demi pembaharuan atas Liturgi itu sendiri. Memang kita sadari bahwa dalam Liturgi ada unsur-unsur yang tidak dapat dirubah karena ditetapkan oleh Allah, namun terdapat juga hal-hal atau unsur-unsur yang dapat dirubah. Sehubungan dengan peredaran zaman, Liturgi sendiri dapat atau malah harus mengalami perubahan. Hal ini disebabkan karena peredaran zaman itu sendiri sehingga inti hakikat dari Liturgi itu menjadi tidak cocok lagi (SC 21). Sejak awal munculnya gerakkan Liturgis (1909) hingga Konsili Vatikan II, banyak penulis mencoba mendefenisikan Liturgi. Akan tetapi, tidak seorang pun yang dapat merumuskan dengan baik yang dapat merangkum semua hakikat dan sifat-sifat dasar dari Liturgi itu. Walaupun demikian, usaha untuk merumuskan arti Liturgi merupakan sebuah pekerjaan yang mulia walaupun hasilnya tidak memuaskan. Salah tokoh yang berusaha mendefenisikan Liturgi adalah Dom Odo Casel. Berikut ini, penulis akan menguraikan singkat bagaimana tokoh ini berusaha untuk merumuskan Liturgi itu, yang kiranya berguna bagi kita bersama. II. Definisi Liturgi Menurut Dom Odo Casel Dalam liturgi Latin sering kita jumpai ungkapan-ungkapan yang berasal dari dunia kekafiran seperti: misteri, kegiatan, pengenangan, pencerahan, pemanggilan, (mysterium, actio, memoria, illuminatio, invocatio). Ungkapan-ungkapan ini kemudian diambil alih oleh Gereja dan mendapat makna dan arti baru yang bersifat abstrak dan rohani. Dom Odo Casel menyelidiki kata misteri (mysterium) untuk menemukan makna dan arti Liturgi, ketika kata misteri ini mulai masuk dalam ibadat Kristen kuno. Dari penyelidikan tersebut, Dom Odo Casel menyimpulkan bahwa para penyusun liturgi Romawi memandang perayaan Ekaristi sebagai upacara misteri suci (dalam arti umum seperti dipahami zaman kuno); maksudnya upacara menggunakan simbol-simbol lahiriah, memperbaharui karya keselamatan Allah Yang Kudus secara mistik namun nyata dalam upacara-upacara tersebut. Dalam “doktrin misteri” (mysterienlehre), liturgi diartikan sebagai segala kegiatan liturgis, perayaan Ekaristi dan sakramen-sakramen, tahun Gereja secara keseluruhan, semua pada hakikatnya adalah misteri. Setiap ibadat menurut caranya masing-masing menghadirkan secara nyata karya keselamatan Yesus Kristus yang adalah “misteri pokok”. Dalam upacara tersebut, bukan hanya pribadi Tuhan yang hadir, melainkan bagaimana seluruh karya penebusan-Nya bagi manusia: Penjelmaan, karya, wafat dan kebangkitan-Nya. Maka dapat disimpulkan bahwa Liturgi adalah kehadiran Allah melalui tanda-tanda lahiriah, melaui caranya sendiri, rahmat mengalir dari Tuhan yang dihadirkan bersama dengan keselamatan-Nya, sehingga dengan kehadiran misteri Kristus dimungkinkan pulalah rahmat penebusan bagi umat-Nya. III. Penutup Liturgi terdiri dari tanda-tanda dan secara khusus nampak dalam sakramen sakramen. Maka ilmu tentang bahasa tanda dapat memberikan terang baru bagi Liturgi Gereja. Usaha ini telah dilakukan oleh Dom Odo Casel untuk mengintegrasikan sejarah Liturgi ke dalam konteks religius kebudayaan zaman dahulu, telah menunjukkan buah-buahnya dan keterbatasannya. Walaupun usaha Dom Odo Casel untuk mendefinisikan apa itu Liturgi secara tepat kurang memuaskan, namun usahanya perlu dihargai sebagai suatu sumbangan besar bagi Liturgi Gereja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar